Hakikatnya saya hanya bisa berjalan
Namun kali ini seseorang datang
Dan membuat hati saya seakan terbang
Dia mengutarakan segala perhatiannya
Segala kata manisnya
Yang seakan membuat saya penyuka rasa pedas terhipnotis oleh rasa manisnya
Tutur lembutnya yang seakan mengubah perilaku saya menjadi lebih baik
Yang mengajarkan saya lebih merasa ikhlas terhadap suatu hal
Yang membuat saya lebih rajin untuk menjalankan kewajiban sebagai hamba-Nya
Yang selalu mengingatkan waktu untuk menunaikan salat
Kini dia menghilang
Seakan ditelan bumi
Tak sedikitpun sapaan nya menghampiri pop up ponsel
Tak sedikitpun kata 'bur' muncul pada kolom percakapan
Saya rindu
Rindu sekali
Hanya karena suatu ketikan candaan yang membuatnya menjauh
Saya sadar telah salah
Saya mau minta maaf tapi siapalah saya?
Saya punya hak pun tidak dihidupnya
Saya tak tau kapan dia akan kembali luluh dan memaafkan
Saya hanya rindu bercakap ditengah larutnya waktu malam dengannya
Kini saya telah jatuh setelah tau rasanya diterbangkan
-DRR-
Dwi Rika Rahmawati
Minggu, 22 Januari 2017
Selasa, 12 Juli 2016
Untitled
Dia pernah jatuh cinta, lalu dia dikhianati
Dia pernah berjuang, lalu dia dikalahkan
Dia pernah melepaskan, namun dia terbebani
Bahkan, dia pernah mengikhlaskan, hingga dia tersakiti
Satu harapan yang dulu dia punya, kini telah hilang
Semua lenyap ditelan kepahitan
Semua impian yang dulu diingini, kini sirna tertimpa cahaya kekalahan
Lalu dia mengumpulkan keberanian untuk pergi
Namun dia sadar, mengumpulkan keberanian untuk perdi dari tempat ternyaman bukanlah hal yang mudah
Ada hati yang dibiarkannya patah dan merana
Ada rindu yang diabaikan saat menderu
Kadang dia terlamun, berapa lama waktu yang dia habiskan untuk menunggu seseorang yang tidak pernah hadir, bahkan tidak akan hadir
Dan yang harus dia lakukan, disaat dia tak mampu mengumpulkan keberanian untuk mencintai
Dia harus mengumpulkan keberanian untuk melupakan
Minggu, 27 Maret 2016
Tebing Ciampea
Ciampea, 16 Maret 2016. Dijadwalkan untuk kami anggota penuh
baru Wakaspala (Mahasiswa/I Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Pecinta Alam) untuk
latihan panjat tebing. Persiapan alat pun mulai dilakukan satu hari sebelum
hari H oleh kadiv peralatan yaitu saudara kami yang bernama David, seperti tali,
carabiner, webbing, matras, dan peralatan yang lainnya.
Hari rabu pun tiba, kami berkumpul di Sekretariat Wakaspala
pada pukul 06.00 WIB dan mengecek ulang peralatan yang akan dibawa. Setelah peserta
sudah lengkap, kami memulai perjalanan dengan mengendarai motor sekitar pukul
06.30 WIB.
Setelah perjalanan sekitar 1 jam pun, kami sampai di tebing
Ciampea. Lokasi tebingnya pun lumayan jauh, kami harus berjalan terlebih dahulu
untuk sampai di lokasi.
Setelah sampai di lokasi, kami pun menyiapkan peralatan dan
memasang harnest masing-masing untuk keselamatan. Kemudian kami melakukan
pemanasan agar tidak terjadi cedera.
Satu persatu dari kami pun mulai memanjat tebing secara bergantian.
Waktu makan siang dan sholat duhur pun tiba. Kami pun
beristirahat, sholat, dan makan siang bersama didekat tebing.
Pemanjatan pun dilanjutkan. Hingga tebing tertinggi pun
dicapai oleh saudari kami yang bernama Septi.
Adapun hasil jepretan foto kami saat memanjat.
Minggu, 06 Maret 2016
Wakaspala Tinjau Terumbu Karang dan Mangrove
Hari itu, Sabtu, 27 Februari 2016. Kami BPH Mahasiswa
Mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Pecinta Alam (WAKASPALA) mengadakan
kegiatan “Peninjauan Terumbu Karang dan Mangrove” di Pulau Pari, Kepulauan
Seribu. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan tindak lanjut dari
kegiatan konservasi yang telah dilakukan oleh Wakaspala 1 tahun yang lalu. Adanya
Divisi Konservasi yang ada di Wakaspala ialah sebagai bentuk kepedulin terhadap
lingkungan yang ada di Kepulauan Seribu khususnya di Pulau Pari untuk
memperbaharui ekosistem di Pulau Pari.
Perjalanan dimulai dari kampus kami, berkumpul sekitar jam
04.30 WIB dengan melakukan pengecekan barang bawaan. Lalu kami berangkat pukul
05.00 WIB dengan menumpangi bus STP Sahid tercinta. Karena masih terasa sangat
pagi, sepanjang perjalanan menuju Pelabuhan Muara Angke kami hanya tertidur.
Kemudian, kami sampai di Muara Angke sekitar pukul 07.40
WIB. Sesampainya disana, kami menumpangi odong-odong yang biasanya digunakan
untuk mengangkut gallon dan gas elpiji dengan biaya Rp 60.000,. Dan sampai di
pintu masuk dermaga, kami langsung membeli tiket kapal untuk 8 orang dengan
harga Rp 40.000 /orang. Setelah itu kami naik kapal yang sudah hampir penuh.
Kapal pun berangkat sekitar pukul 08.00 WIB. Di dalam kapal,
kami merasa engab. Ombak pun mulai mengoyak-ngoyakan kapal yang kami tumpangi.
Banyak penumpang yang merasakan mabok laut, termasuk kami hahaha…
Singkat cerita, kami sampai di Pelabuhan Pulau Pari sekitar
pukul 10.30 WIB. Setelah turun dari kapal, kami berjalan menuju kantor LIPI
sekitar 2km dari Pelabuhan. Lumayan jauh yaaaaa…
Sesampainya di kantor LIPI, kami beristirahat sejenak untuk
menghilangkan rasa lelah. Setelah itu kami berjalan-jalan mengitari pinggir
pantai dengan berfoto-foto. Padahal barang bawaan belum sempat dirapihkan
ahaha..
Sekitar pukul 12.00 WIB, kami memutuskan untuk menyewa
villa, karena cuaca tidak memungkinkan untuk kami bermalam di tenda. Kami menyewa
villa tersebut seharga Rp 50.000 /orang yang merupakan harga untuk mahasiswa, itupun
kami mendapat potongan harga, sehingga kami hanya membayar Rp 250.000 untuk 8
orang.
Fasilitas yang terdapat pada villa tersebut ialah 2 kamar tidur
yang masing-masing kamar terdapat 6 kasur dan dilengkapi dengan 1 AC dan 1
kipas angin, 2 kamar mandi, dan 1 ruang tamu.
Setelah merapikan barang bawaan, kami pun merasa lapar dan
memutuskan untuk masak mie. Dengan keadaan perut yang kenyang, kami pun segera
tidur siang ahaha…
Waktu pun menunjukkan pukul 15.30 WIB, dan itu tandanya air
laut pun mulai surut. Dan berarti kita harus siap-siap menuju pantai untuk
melakukan peninjauan terumbu karang dan mangrove. Kami menyewa peralatan snorkeling
3 paket seharga Rp 75.000. Tiap paket terdapat kacamata dan pelampung.
Lokasi untuk peninjauan terumbu karang pun cukup jauh. Kita harus
berjalan dengan melewati banyak karang dan diharuskan untuk memakai sandal untuk
menghindari luka dari sentuhan karang-karang. Selain itu, di pantai tersebut
juga banyak terdapat bintang laut dan bulu babi. Maka dari itu lah kita harus
berhati-hati agar tidak menginjak bulu babi tersebut.
Setelah kira-kira setengah jam lebih berjalan, kami pun
sampai di lokasi peinjauan terumbu karang.
Tinggi air laut di lokasi sekitar pinggang orang dewasa. Tidak terlalu dalam memang, namun untuk mengukur ketinggian terumbu karang kami harus menyelam terlebih dahulu.
Kemudian hasil yang didapat dari pengukuran terumbu karang pada tahun ini ialah memiliki ketinggian 36 cm dengan diameter 60 cm dan dikategorikan tumbuh dengan baik.
Setelah puas menyelam, kami pun beranjak pergi menuju tepi pantai untuk mengukur pertumbuhan tanaman mangrove. Adapun hasil dari pengukuran tanaman magrove ialah memiliki rata-rata ketinggian 98 cm dari 60 cm pada tahun sebelumnya. Namun, jumlah tanaman mangrove yang Wakaspala tanam kini tinggal sejumlah 8 pohon dari 36 bibit dikarenakan faktor sampah dan faktor lainnya.
Tinggi air laut di lokasi sekitar pinggang orang dewasa. Tidak terlalu dalam memang, namun untuk mengukur ketinggian terumbu karang kami harus menyelam terlebih dahulu.
Kemudian hasil yang didapat dari pengukuran terumbu karang pada tahun ini ialah memiliki ketinggian 36 cm dengan diameter 60 cm dan dikategorikan tumbuh dengan baik.
Setelah puas menyelam, kami pun beranjak pergi menuju tepi pantai untuk mengukur pertumbuhan tanaman mangrove. Adapun hasil dari pengukuran tanaman magrove ialah memiliki rata-rata ketinggian 98 cm dari 60 cm pada tahun sebelumnya. Namun, jumlah tanaman mangrove yang Wakaspala tanam kini tinggal sejumlah 8 pohon dari 36 bibit dikarenakan faktor sampah dan faktor lainnya.
Sekitar pukul 17.30 WIB kami segera meninggalkan pantai untuk berbilas. Setelah berbilas kami menikmati sunset dipinggir pantai.
Rasa lapar melanda, setelah seharian puas bermain air di pantai, kini tiba waktunya kami untuk makan malam.
Setelah makan malam selesai, kami pun beranjak untuk tidur.
Keesokan paginya, kami berberes dan merapikan semua peralatan yang kami bawa. Bersiap-siap memakai baju pdh untuk mengambil foto sebelum pulang. Setelah itu kami menyerahkan goody bag dan plakat kepada Pak Mumu selaku pembimbing kami dalam kegiatan peninjauan ini sebagai rasa terimakasih dan rasa hormat kami.
Setelah penyerahan goody bag dan plakat, kami langsung menuju pelabuhan dengan berjalan kaki.
Inilah suasana di pelabuhan Pulau Pari.
Singkat cerita, sesampainya kami di Pelabuhan Muara Angke, kami menyewa angkot untuk mengantar kami kembali ke kampus. Kami tiba di kampus sekitar pukul 16.20 WIB
-Sekian-
Sabtu, 30 Januari 2016
Trip to Jogja
UAS ku telah usai. UAS di semester pertama kuliah ini pun
telah sukses kami lewati. Kabar mendapat libur selama 2 bulan pun terasa nikmat
kami dengar. Saya dan teman-teman membuat rencana untuk melakukan “Trip to
Jogja” selama 1 minggu. Sebut saja mereka Rica, Siwi, Ika, Tisya, Sena dan
Wajir.
Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya. Nama Saya Dwi Rika Rahmawati, seorang Mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Pondok Cabe yang memiliki kesempatan dapat study di Institusi tersebut dengan Program Beasiswa Unggulan. Saya tak menyangka dan merasa beruntung mendapat kesempatan tersebut. Alhamdulillah...
Lanjut...
Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya. Nama Saya Dwi Rika Rahmawati, seorang Mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Pondok Cabe yang memiliki kesempatan dapat study di Institusi tersebut dengan Program Beasiswa Unggulan. Saya tak menyangka dan merasa beruntung mendapat kesempatan tersebut. Alhamdulillah...
Lanjut...
Waktu trip pun telah ditetapkan. Kami pun segera membeli
tiket kereta di Indomaret dekat kampus kami.
Dan saatnya pun tiba. Tepat tanggal 19 Januari 2016 pukul
19.00 WIB kami memulai perjalanan menuju Stasiun Pasar Senen menggunakan Grab
Car. Tiba di Stasiun sekitar pukul 21.00 WIB, masih ada waktu untuk mencari
makan karena kereta tujuan Wates berangkat pukul 23.30 WIB. Kami pun memilih
nasi goreng untuk menu Dinner.
Pukul 23.30 WIB pun tiba. Kereta pun mulai bergerak. Dan kami
menikmati perjalanan dengan tidur ehehe…
Sekitar pukul 06.30 WIB, kami pun sampai di Stasiun
Wates, Kulon Progo. Kami pun kelaparan, dan memangsa tukang bubur yang ada di
dekat Stasiun.
Setelah itu, kami naik angkutan umum menuju Desa Temon
yaitu kediaman mbahnya Siwi. Dengan biaya Rp 7.000 kami pun sampai di depan
gang rumah mbah. Suasana disana sangat sejuk, pemandangannya pun terasa
indah karena sejauh mata memandang, terhampar hektaran sawah yang berwarna
hijau yang tak bisa kami nikmati saat berada di Jakarta.
Kami pun sampai di rumah mbah. Di belakang rumah mbah pun terdapat sawah, kami pun tak segan-segan menuju sawah dan selfie di
tengah sawah haha.. Setelah itu, kami disuguhi makan siang oleh mbah,
setelah makan kami tidur pulas di teras rumah dengan nyenyak akibat terlalu
lelah saat berada di dalam kereta hehe..
Sore harinya, kami diajak oleh budenya Siwi ke Pantai
Glagah. Karena tidak terlalu jauh, kami pun mengendarai motor untuk menuju
Pantai tersebut. Selama perjalanan pun kami disambut dengan hujan yang lumayan
deras, karena tak sabar untuk sampai ke tempat tujuan, kami pun tetap meluncur
dan mengabaikan hujan tersebut.
Kami pun sampai di Patai Glagah. Cuacanya masih hujan,
ombak yang berderu kencang pun membuat kami tak segan untuk foto-foto di
pinggir Pantai.
Hari kedua, kami berniat untuk mengunjungi Daerah Gunung
Kidul. Disana banyak terdapat Pantai berpasir putih. Kami diantar oleh mobil
sewaan kami yang dikendarai oleh Mas Yanto. Pertama kami mengunjungi Pantai
Baron. Pantainya masih bersih dengan dikelilingi oleh tebing yang tinggi.
Setelah Pantai Baron, kami berpindah menuju Pantai Kukup
yang berlokasi tidak jauh dari Pantai Baron. Disana, banyak terdapat karang
laut yang diselimuti oleh rumput laut di sekitar pinggir pantai.
Tempat ketiga yaitu Pantai Krakal. Sama seperti Pantai
yang lainnya, lokasinya tidak terlalu jauh dari Pantai Kukup. Disana terdapat
ombak yang cukup besar. Kami mulai bermain basah-basahan dan bermain pasir.
Pantai terakhir yang kami kunjungi yaitu Pantai
Indrayanti, yang berlokasi tidak jauh pula dengan Pantai Krakal. Kami puas-puasin
bermain air dan pasir disana. Hingga sore tiba, kami menikmati indahnya Magic
Hour alias Sunset di Pantai tersebut. Setelah berfoto-foto dengan pemandangan
Magic Hour, kami baru mencari kamar mandi untuk membersihkan diri dari pasir
yang masih menempel.
Setelah lelah seharian main di Pantai, kami pun
memutuskan untuk kembali ke rumah. Namun, kali ini kami berpindah tempat
tinggal, yaitu ke rumah mbahnya Ika yang berada di daerah Bantul, Yogyakarta.
Sesampainya di rumah mbah, kami pun langsung rapi-rapi
dan beristirahat.
Hari ketiga liburan, kami memutuskan untuk tidak
berwisata kemana-mana. Kami pun berniat untuk mencuci baju karena stock baju
bersih yang kami bawa sudah semakin tipis hahaha…
Hari keempat, kami berencana untuk mengunjugi tempat
wisata Umbul Ponggok yaitu wisata kolam renang. Dengan mengandalkan mobil sewaan, yang dikendarai oleh seorang teman kami yang bernama Sena, kami pun sampai di Umbul Ponggok sekitar pukul 14.00 WIB. Disana kita dapat berenang
dengan bermacam-macam ikan dengan air yang tidak mengandung kaporit. Namun,
tidak sedikit diantara kami yang digigit ikan pada saat renang haha..
Semakin sore, disana semakin dingin. Sekitar pukul 16.00
WIB kami pun berbilas, karena kolam renang tersebut tutup pada pukul 17.00 WIB
dan kami juga takut rebutan kamar mandi ehehe..
Setelah bermain air di Umbul Ponggok, kami pun memutuskan
untuk mengunjungi Alun-alun Utara Yogyakarta. Kami tiba di Alun-alun sekitar
pukul 21.30 WIB. Disana kami berniat untuk mencoba menaiki sepeda sewaan yang
kami sebut “Odong-odong Warna-warni”. Kami menyewanya seharga Rp 70.000 untuk
2x putaran. Di dalam sepeda tersebut terdapat 4 gowesan dan 1 stir sepeda yang
berbentuk seperti stir mobil. Di dalam sepeda tersebut juga kita dapat memutar music
yang terdapat dalam alat kecil yang berbentuk seperti laptop.
Setelah puas mengelilingi Alun-alun, kami pun foto-foto
di atas sepeda tersebut.
Hari kelima, kami berwisata ke Kalibiru di daerah Wates, Kulon
Progo. Dengan tiket masuk seharga Rp 10.000 kami dapat menikmati indahnya
pemandangan dan sejuknya udara Kalibiru. Disana terdapat outbond dan terdapat 5
spot untuk berfoto yaitu spot pohon 1, spot pohon 2, spot pohon 3, spot pohon
panggung, dan spot flying fox. Namun, setiap spot menawarkan tarif yang berbeda
untuk sekedar berfoto. Kita pun memilih spot 2 untuk berfoto, dengan tarif Rp
10.000 kita dapat menikmati spot pohon selama 3 menit perorang. Di atas spot
pohon tersebut, kita dapat menikmati indahnya pemandangan Waduk Sermo dan
sekitarnya dari ketinggian.
Setelah berwisata ke Kalibiru, kami pun memutuskan untuk pulang ke
rumah mbah. Karna merasa kelelahan, kami langsung merebahkan tubuh ke lantai dan terlelap.
Sore harinya, karena merasa bosan dan tak ada kerjaan, kami memutuskan untuk mengunjungi Taman Monjali (Monumen Jogja Kembali). Kami on the way Monjali sekitar pukul 18.30 WIB. Dengan tiket seharga Rp 20.000, disana kami dapat menikmati pemandangan lampu-lampu lampion yang beranekaragam bentuk. Dan tak ketinggalan ada live music yang mengiringi kesunyian malam para pengunjung.
Setelah bosan, kami pun memutuskan untuk pulang. Sebenarnya masih belum puas, karena masih banyak tempat wisata di Jogja yang belum sempat kami kunjungi. Namun, apadaya waktu pengembalian mobil pun sudah mepet. Dan kami pun sudah tidak ada kendaraan untuk berwisata lagi. Huhuhu…
Sore harinya, karena merasa bosan dan tak ada kerjaan, kami memutuskan untuk mengunjungi Taman Monjali (Monumen Jogja Kembali). Kami on the way Monjali sekitar pukul 18.30 WIB. Dengan tiket seharga Rp 20.000, disana kami dapat menikmati pemandangan lampu-lampu lampion yang beranekaragam bentuk. Dan tak ketinggalan ada live music yang mengiringi kesunyian malam para pengunjung.
Setelah bosan, kami pun memutuskan untuk pulang. Sebenarnya masih belum puas, karena masih banyak tempat wisata di Jogja yang belum sempat kami kunjungi. Namun, apadaya waktu pengembalian mobil pun sudah mepet. Dan kami pun sudah tidak ada kendaraan untuk berwisata lagi. Huhuhu…
Hari keenam, waktunya kita belanja. Padahal uang pun tak seberapa.
Dengan modal sedikit nekat, kami mengunjungi malioboro dengan menggunakan Grab
Taksi. Setelah sampai malioboro, kami pun mulai memangsa oleh-oleh. Ada yang
mencari batik, daster untuk Ibu-ibu, totebag, sandal, dan apalah-apalah. Setelah
lelah berkelilingi, kami pun mampir di McD Mal Malioboro untuk sekedar minum.
Malam pun tiba. Senangnya bisa menikmati malioboro di malam hari. Kami
pun berfoto-foto di depan patung dan tulisan “Jl. Malioboro”.
Karena itu adalah malam terakhir kami berada di Jogja, kami pun
berniat untuk menghabiskan waktu di Tugu Jogja. Kami pun berjalan kaki dari
Malioboro ke Tugu Jogja dengan jarak sekitar 800 m.
Disana terdapat miniatur Keraton Jogja. Banyak juga para remaja
yang selfie di depan Tugu Jogja. Namunn, disana kami hanya duduk di teras dekat
miniatur sambil menikmati pemandangan lalu lintas perempatan Tugu Jogja di
malam hari.
Lalu, sekitar pukul 10.00 WIB kami pun pulang dengan menumpangi
Grab Taksi.
Hari ketujuh, yaitu waktunya kami kembali ke Jakarta. Sebelumnya,
kami kembali packing barang-barang. Tas dan koper pun bertambah besar dan berat
karena adanya tambahan oleh-oleh.
Waktu pun menunjukan pukul 13.00 WIB, kami pun bersiap-siap menuju
Stasiun Lempuyangan. Kami pun lagi-lagi menumpangi Grab Taksi. Kereta tujuan
Stasiun Senen pun berangkat pukul 14.30 WIB. Kami pun kembali menikmati
perjalanan dengan tidur ehehe…
Sekitar pukul 23.30 WIB kami pun tiba di Stasiun Senen. Dengan
rasa kelaparan, kami pun kembali ke rumah masing-masing dengan menumpangi Grab
Car.
-Sekian-
Langganan:
Postingan (Atom)